Awal mula ikut ujian seleksi
masuk perguruan tinggi (SMPTN) begitu singkat dan sederhananya cara berfikir ku
saat itu, kampus adalah tempatnya kita belajar agar bisa bekerja
diperusahaan-perusahan besar, dengan gaji yang besar dan dalam jangka waktu
cepat setelah pasca kampus.Yah,.. dan ternyata bukan ku sendiri yang
mengalaminya, hampir semua mahasiswa mengalami hal-hal seperti ini, kita tidak sadar dengan
apa yang telah terjadi dengan
lingkungan sekitar, krn kita buta dengan kondisi-kondisi
di lapangan, krn kita sudah dibentuk secara tidak langsung untuk hidup individu
tanpa harus merasakan kondisi sosial masyarakat.Hm.. Inilah yang kuketahui, kupahami
dan kujalani kehidupanku di awal-awal memasuki kehidupan kampus yang penuh
warna-warni.
Apakah
salah.?? Tentu tidak, karna kita belum mengetahui apa yang terjadi sebenarnya,
walau kadang apa yang terjadi sebenarnya itu sudah tampak di depan mata kita.
Hanya saja tidak semua orang memiliki kemampuan untuk merasakan dan langsung
merespon apa yang terjadi tanpa harus dijelaskan kepadanya. Saat ku mulai
beranjak lebih jauh memasuki kehidupan kampus, mulailah masuk kedalam kepala
ini berbagai macam cara berfikir yang berbeda-beda dari hasil diskusiku dengan
senior-senior dan dosen yang ada.
Ada
yang mempunyai cara berfikir sama seperti cara berfikirku sebelumnya, yaitu
selesai kuliah cari kerja di perusahaan terkenal agar dapat beli ini dan beli
itu, jadi rajin-rajinlah belajar jangan ikut kegiatan-kegiatan yang tidak
penting, itulah kesan yang ku dapat saat ketemu dengan senior yang punya mimpi
sama seperti ku dulu.
Dihari-hari
selanjutnya saya ketemu dengan senior yang memiliki cara berfikir yang aneh
atau diluar cara berfikirku selama ini, ia adalah seorang aktivis yang sudah
banyak berkecimpung didunia keorganisasian, ia mengajak kami mencoba membuka
mata sedikit demi sedikit tentang apa yang terjadi dengan permasalah bangsa
ini, yaitu korupsi yang merajalela, pendidikan masyarakat yang tidak jelas
keberadaannya, kejahatan-kejahatan yang sudah tidak bisa ditoleransi lagi,
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
atau malah menyengsarakan masyarakat luas dan lain-lain, lalu dimanakah peran
kita sebagai mahasiswa.? Dan iapun
menjelasi apasih peran dan fungsi mahasiswa itu sendiri. hal inilah yang
kudapat dari seorang senior yang berkecimpung didunia organisasi. Setelah
berdiskusi panjang tentang permasalah bangsa ini saya mulai tertarik untuk ikut
organisasi. Dengan ikut aksi menuntut semua ketidak adilan dan kesalahan
pemerintah dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, dan di organisasi ini saya
belajar untuk membentuk calon-calon pemimpin masa depan, agar bangsa ini bisa
berubah dengan sebagai mana mestinya. Karna mahasiswa hari ini akan menjadi
pemimpin masa depan 10 atau 20 tahun yang akan datang.
Waktu terus berjalan dan kuliahpun juga terus
berjalan, di sebuah mata kuliah saya menemukan cara berfiikir yang baru lagi,
yaitu perkataan seorang dosen kepada mahasiswanya, ia bertanya sama kami yang
waktu itu lagi kuliah mata kuliah yang ia ajari, bapak dosen tersebut bertanya
sama kami, “siapa yang ingin bekerja di DINAS Pekerjaan Umum (PNS) dengan gaji
10 juta perbulan,?” dengan serentak kami mengangkat tangan tinggi-tinggi, lalu
ia bertanya lagi, “coba kalian kalikan gaji kalian selama setahun, trus kalikan
selama kalian hidup atau anggap saja 100 tahun kalian hidup, dan berapa
jumlahnya?,” lalu kamipun menghitungnya dan mendapatkan hasil sebanyak Rp 12
milyar rupiah, lalu dia bilang lagi, “kalau seandainya kalian jadi seorang
kontraktor, maka Rp 12 Milyar itu bisa kalian dapatkan selama 1 tahun,” lalu kamipun kaget terdiam sambil
memasang ekspresi mata agak melotot sedikit dan mulut terbuka, kalau bahasa
dusunku melongo namanya. Hehe.. lalu bapak tersebut melanjutkan perkataannya,
“sekarang terserah kalian ingin jadi apa,? uang yang terkumpul Rp 12 milyar
dari gaji PNS itu tergantung juga dengan umur kalian kalau seandainya umur
kalian sampai dengan 100 tahun, dan itupun kalau kalian tidak pernah
makan-makan selama 100 tahun atau membeli kebutuhan hidup.” Dan ia berkata
terakhir kalinya, “ saya jadi PNS ini ada tujuannya.”
Waktu terus berganti dan disuatu acara saya ketemu lagi dengan seorang
pengusaha besar, yaitu seorang entrepeneur yang memiliki cara berfikir berbeda
juga. Ia bertanya sama kami, “apa anda bermimpi untuk kerja di
perusahaan-perusahaan besar.?” Lalu hampir semua bilang yah, lalu setelah dia
mendengar perkataan kami, ia berkata, “berarti kalian sudah dari awal bermimpi
untuk menjadi seorang pekerja, bukan seorang bos.” Lalu terhentaklah kamisemua
mendengar omongannya, dan ia berbicara lagi, “ apa kalian tidak pernah ingin
menggaji orang lain.? Apa kalian selamanya hanya ingin jadi pekerja yang selalu
disuruh-suruh walau cara bos kita menyuruh tersebut dengan lembut atau kasar.?
Apa kalian tidak pernah ingin menjadi seorang BOS yang bisa menyuruh orang lain
atau bahkan kerjaannya hanya duduk di dalam ruangan yang ber AC atau bahkan
bisa pergi kmanapun ia suka tanpa ada yang melarang atau yang mengikat kita
untuk pergi kemanapun seperti pekerjaan telah mengikat kita.?” Sekali lagi kami
terdiam panjang memikirkannya. Setelah beberapa saat ia berbicara lagi, “kalau
kalian tidak ingin menjadi seorang pekerja maka keluarlah kalian dari dunia
nyaman kalian, dan pergilah kedunia yang lebih indah lagi, tapi ingat, setiap
yang bagus-bagus pasti banyak tantangannya atau kegagalan yang akan kalian
temui, tapi jangan takut, karna pada saat kalian takut maka pada saat itu
sebenarnya kalian sudah gagal, kegagalan itu tidak di nilai dari setiap kalian
jatuh, tapi pada saat kalian tidak mau berdiri lagi pada waktu kalian terjatuh,
maka itulah yang namanya kegagalan, jadi saat kalian terjatuh maka berdirilah
karna anak kecil untuk bisa berjalan ia harus mengalami jatuh dulu beberapa kali
baru bisa berlari dengan kencangnya.” Lalu disisi lain saya juga pernah dengar
teman saya bilang, “orang paling kaya itu bukanlah akademisi ataupun pejabat
pemerintahan tapi seorang pebisnislah orang terkaya didunia ini.” Hal positif yang bisa diambil dari
perkataannya adalah dengan menjadi pengusaha (pebisnis) saya bisa jadi BOS atau
bisa menggaji orang lain.
Pada suatu hari saya mencoba berfikir tentang
semua yang sudah saya temukan dikampus tercinta, dengan sekian banyak
permasalah bangsa ini, seperti pengangguran, pemimpin yang tidak adil dan
lain-lain, maka sampailah saya diujung kesimpulan, saya ingin menjadi seorang
pengusaha, agar bisa menggaji orang banyak dan agar bisa mengurangi sekian
banyak penganggurandi indonesia dan agar saya memiliki banyak waktu kosong
karna sudah ada pegawai, dan pada saat itulah saya ingin menjadi seorang
pemimpin agar bisa terlibat dalam merubah bangsa ini untuk menjadi lebih baik,
kalau kita menjadi seorang anggota atau pegawai, maka akan susah untuk merubah
bangsa ini karna bukan kita pengambil kebijakan tersebut.
Disini saya tidak menyalahkan mahasiswa yang
ingin kerja di perusahaan-perusahaan besar, PNS atau guru sekolah, hanya saja
saya berharap saat kalian ingin bekerja di perusahaan besar , PNS atau guru
sekolah maka bercita-citalah untuk jadi pemimpin di lembaga tersebut agar bisa
merubah sistem yang salah menjadi benar. Dan bagi yang ingin jadi guru kalau
ada uang bermimpilah untuk membuat sekolah, karena dengannya kalian bisa
membentuk calon-calon pemimpin masa depan seperti yang kalian inginkan. Dan
saya juga tidak menyalahkan orang-orang yang ingin jadi pemimpin di
pemerintahan hanya saja saya berharap kalian sebelum masuk kesana sudah
memiliki penghasilan yang cukup sehingga yang kalian cari disana adalah
benar-benar sebuah keadilan bukan uang untuk kehidupan.
Disini yang menjadi titik permasalahan bukanlah
hasil tapi cara berfikir kita, karena yang menentukan hasil itu adalah tuhan,
kita hanya di tuntut untuk berusaha dalam mencapainya.
akhir kata dari saya,
“Dunia kampus adalah tempat untuk
merobah cara berfikir kita terhadap sesuatu.”
Wassalam..
SETETES
HARAPAN
Debu..
Deru debu yang menghempas
Seakan dunia mau kiamat
Seakan hilang dari peredarannya
Indonesiaku..
Akankah engkau keluar dari keterpurukan
Akankah engkau bangkit dari medan perang
Dengan kondisimu saat ini
Indonesiaku...
Lihatlah tanganmu,
Begitu banyak korupsi yang terjadi
Tanganmu hilang,
Sa'at kemiskinan berdiri di depanmu
Indonesiaku..
Lihatlah kakimu,
Begitu mudah melangkah menuju ke zholiman
Kakimu pergi,
Sa'at kebodohan mengerogoti seluruh tubuhmu.
Indonesiaku...
Bukan bermaksud hilangnya mimpi
Bukan bermaksud hilangnya smangat
Hanya kekhawatiran yang menyelimuti
Wahai Pemuda..
Masih adakah keringatmu yang akan kau kucurkan
Masih kuatkah tulangmu untuk kau teguhkan
Karna hanya dengan ini awal kebangkitan negara ini
Memang..
Hidup ini begitu membingungkan
Menuntut kita untuk selalu berjuang
Menuntut kita untuk membawa angin kemenangan
Wahai Tuhan ku..
Berilah cahaya-Mu dalam kegelapan ini
Agar kesejukan membanjiri tanah pertiwi
Agar rembulan tersenyum dengan cerahnya
Agar angin kesyukuran selalu ada.
Di tanah air ku Tercinta
"INDONESIA".
Karangan: Rahmat Syawal
Debu..
Deru debu yang menghempas
Seakan dunia mau kiamat
Seakan hilang dari peredarannya
Indonesiaku..
Akankah engkau keluar dari keterpurukan
Akankah engkau bangkit dari medan perang
Dengan kondisimu saat ini
Indonesiaku...
Lihatlah tanganmu,
Begitu banyak korupsi yang terjadi
Tanganmu hilang,
Sa'at kemiskinan berdiri di depanmu
Indonesiaku..
Lihatlah kakimu,
Begitu mudah melangkah menuju ke zholiman
Kakimu pergi,
Sa'at kebodohan mengerogoti seluruh tubuhmu.
Indonesiaku...
Bukan bermaksud hilangnya mimpi
Bukan bermaksud hilangnya smangat
Hanya kekhawatiran yang menyelimuti
Wahai Pemuda..
Masih adakah keringatmu yang akan kau kucurkan
Masih kuatkah tulangmu untuk kau teguhkan
Karna hanya dengan ini awal kebangkitan negara ini
Memang..
Hidup ini begitu membingungkan
Menuntut kita untuk selalu berjuang
Menuntut kita untuk membawa angin kemenangan
Wahai Tuhan ku..
Berilah cahaya-Mu dalam kegelapan ini
Agar kesejukan membanjiri tanah pertiwi
Agar rembulan tersenyum dengan cerahnya
Agar angin kesyukuran selalu ada.
Di tanah air ku Tercinta
"INDONESIA".
Karangan: Rahmat Syawal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar